Reporter: Nurul Kolbi | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Serbuan bank umum ke segmen mikro tak membuat bank perkreditan rakyat (BPR) kehilangan pangsa pasar. Mereka optimistis tetap mampu tumbuh pesat di masa mendatang.
Edy Setiadi, Direktur Direktorat Kredit BPR dan UMKM Bank Indonesia (BI) mengatakan, pertumbuhan bisnis BPR tahun depan bakal di atas 20%. "Selama tiga tahun terakhir, BPR tumbuh di atas 17% dan 19% pada tahun ini. Pada 2011 bakal lebih tinggi, minimal 20%," kata dia, Kamis (25/11).
Selain tren pertumbuhan tiga tahun terakhir, BI optimistis karena pelaku industri ini juga terus melakukan perbaikan. Baik dari permodalan, SDM hingga layanan dan produk. "BPR juga berupaya meneguhkan citranya menjadi bank komunitas," katanya.
BPR jauh lebih mengerti bisnis mikro. Itu terlihat dari debitur yang mereka layani. "Kredit BPR rata-rata Rp 10 juta per nasabah, sementara kredit mikro bank umum di atas Rp 50 juta," katanya. Artinya, BPR lebih mengakar.
Hingga September 2010, BPR membukukan kredit sekitar Rp 32,8 triliun, tumbuh 17,26% (yoy). Dari jumlah itu, sebanyak 62,92% berupa kredit mikro dan 32,75% merupakan kredit kecil, dengan plafon Rp 50 juta ke atas.
Mengenai proyeksi pertumbuhan tahun depan, Djoko Suyanto, Ketua Umum Perbarindo, sependapat dengan BI. Tapi, dalam mewujudkan target itu, BPR meminta dukungan BI. Misalnya, memberikan insentif bagi BPR yang ingin berinvestasi di bidang teknologi. "Teknologi syarat utama untuk berkembang. Dengan insentif, industri menjadi lebih terpacu," katanya.
Dalam hal likuiditas, BI juga perlu mendukung dalam mengoptimalkan linkage program bank umum dengan BPR, serta mempercepat kehadiran lembaga capex bank. "Dari sisi persaingan, kami ingin pembiayaan usaha mikro dengan plafon Rp 100 juta cukup linkage dengan BPR," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News