Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Harda Internasional Tbk (BBHI) berhasil menekan kerugian pada tahun 2019 meskipun di saat yang sama rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL)nya mengalami kenaikan.
Berdasarkan laporan keuangan Bank Harda dikutip Senin (27/4), perseroan membukukan rugi bersih sebesar Rp 36,5 miliar pada tahun 2019. Itu turun cukup besar dibanding tahun 2018 yang membukukan kerugian sebesar Rp 123,14 miliar.
Baca Juga: Kredit lesu, begini strategi Bank Mandiri genjot fee based income
Penurunan tersebut ditopang oleh adanya kenaikan pendapatan lainnya dari Rp 5,09 miliar tahun 2018 jadi Rp 66,5 miliar dan adanya penurunan kerugian nilai aset kredit dari Rp 113,9 miliar menjadi Rp 76,9 miliar. Sementara pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) turun 14,4% YoY menjadi Rp 90,45 miliar.
Sepanjang tahun 2019, penyaluran kredit Bank Harda tercatat Rp 1,66 triliun atau masih tumbuh sebesar 6,3% YoY. Adapun penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) meningkat 19,8% YoY dari Rp 1,64 triliun menjadi Rp 1,97 triliun.
Rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) bank bermodal inti Rp 242,46 miliar ini secara gross mencapai 10,16%, meningkat tajam dari tahun 2018 yang masih di posisi 4,07%. Adapun NPL nett naik dari 2,44% ke level 3,93%.
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) bank ini masih cukup tinggi yakni 116,84%. Ini menunjukkan bahwa Bank Harda sangat tidak efisien. Namun, angka itu sudah cenderung turun dari tahun 2018 yang mencapai 151,19%.
Baca Juga: Dihantam corona, pendapatan berbasis fee dan komisi CIMB Niaga tergerus
Adapun rasio kecukupan modal atau Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Bank Harda ada di level 16,2%. Saham Bank Harda masih dikendalikan oleh Rachman Hakim lewat PT Hakim Putra Perkasa dengan kepemilikan 73,71%, lalu Kwee Sinto 3,79%, dan 22,5% dimiliki publik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News