kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.894.000   23.000   1,23%
  • USD/IDR 16.435   -10,00   -0,06%
  • IDX 7.141   34,56   0,49%
  • KOMPAS100 1.040   6,83   0,66%
  • LQ45 812   5,50   0,68%
  • ISSI 225   1,86   0,83%
  • IDX30 424   3,56   0,85%
  • IDXHIDIV20 510   8,47   1,69%
  • IDX80 117   0,83   0,71%
  • IDXV30 122   2,00   1,67%
  • IDXQ30 139   1,66   1,21%

Pacu kredit, bank getol kerja sama dengan fintech


Senin, 16 Desember 2019 / 21:13 WIB
Pacu kredit, bank getol kerja sama dengan fintech
ILUSTRASI. ilustrasi fintech. /2017/01/04


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan teknologi finansial (fintech) pendanaan antar nasabah alias peer to peer lending nyatanya tak jadi momok bagi perbankan. Belakangan dua lembaga keuangan tersebut justru erat menjalin kolaborasi. 

Mulai dari bank besar hingga bank perkreditan rakyat (BPR) getol melakukan kerja sama dengan fintech.

Baca Juga: Dompet digital Ipotpay pilih bebaskan biaya tambahan saat lakukan transfer antarbank

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) misalnya jadi bank umum kegiatan usaha (BUKU) 4 yang paling rajin bekerja sama dengan fintech. Bank terbesar di tanah air ini telah menggelar kerja sama bersama PT Investree Radhika Jaya sejak tahun lalu.

Pada 2018 BRI mulai menyalurkan pendanaan via Investree senilai Rp 50 miliar. Agustus lalu, bahkan perseroan telah menambah pendanaan hingga Rp 200 miliar ke Investree.

“Dengan kerja sama tersebut, pendanaan ke Investree berpotensi meningkat Rp. 1 triliun hingga Rp 2 triliun tahun depan. Tinggal kapasitasnya Investree bisa menyerap atau tidak?” kata Direktur Ritel dan Menengah BRI Supari kepada Kontan.co.id, Senin (16/12).

Entitas anak BRI yaitu PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS) juga menggelar kerja sama serupa. Pekan lalu, perseroan telah menandatangani perjanjian pembiayaan senilai Rp 50 miliar via investree.

Baca Juga: Astra Mitra Ventura masih fokus di pendanaan sektor manufaktur tahun depan

CEO Investree Ardian Gunardi dalam acara penandatanganan kala itu menyatakan kerja sama dengan BRI Syariah dilakukan guna memperlebar portofolio pembiayaan syariah Investree.

Secara akumulasi, Investree kini telah menyalurkan pinjaman Rp 4,2 triliun. Sementara porsi pinjaman syariahnya mencapai 10% dari total portofolionya.

Di kelas BUKU 3, ada PT Bank Permata Tbk (BNLI) yang akhir bulan lalu juga teken kerja sama serupa dengan PT FinAccel Digital Indonesia alias Kredivo dengan nilai kerja sama hingga Rp 1 triliun. Nilai tersebut diklaim sebagai kerjasama chanelling terbesar antara fintech dan perbankan.

Direktur Perbankan Ritel Bank Permata Djumariah Tenterem saat itu menyatakan perseroan berani menyalurkan nilai besar lantaran Kredivo punya mitigasi resiko yang cukup baik.

“Kerja sama ini merupakan model bisnis yang baru sehingga memang diperlukan kehati-hatian dan penilaian yang cukup setelah melihat bagaimana Kredivo memproses, menganalisis, dan memverifikasi kami akhirnya sepakat menjalin kerja sama,” katanya.

Rekam jejak yang mumpuni memang jadi salah satu pertimbangan bagi bank untuk memutuskan bekerja sama menyalurkan pembiayaan.

Baca Juga: Bidik petumbuhan anorganik, korporasi bangun perusahaan modal ventura

Meskipun menurut Kepala Bidang Kelembagaan dan Humas Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Tumbur Pardede posisi fintech sejatinya hanya sebagai platform, tidak mengelola dana. Sehingga mitigasi resiko sepenuhnya ada di perbankan.

Tak berarti fintech tak menanggung resiko, karena dari kerjasama dengan perbankan fintech akan dapat fee dari pendapatan bunga bank. Ketika pinjaman bermasalah fee fintech juga akan berkurang, Tumbur bilang fee yang didapat fintech sangat variatif, tergantung segmen pembiayaan yang disasar maupun kesepakatan kerja sama dengan perbankan.

“Kalau bisa disebut mungkin di kisaran 4%, tapi sekali lagi fee bisa sangat beragam. Misalnya di platform menawarkan bunga 18% per tahun, yang diterima bank tinggal 14%, 4% lagi diterima fintech. Ini pun sudah di luar biaya provisi dan administrasi lainnya yang mesti ditanggung borrower,” jelasnya.

Dari catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Per Oktober fintech pendanaan telah menyalurkan pinjaman Rp 68,00 triliun dengan pertumbuhan 200,01% (ytd). Pun jumlah pemberi pinjaman tumbuh signifikan sebesar 178,62% (ytfd) menjadi 578.158 entitas.

Sayangnya, jumlah pemberi pinjaman dari institusi tergolong masih minim. Dari 578.158 entitas, cuma 0,18% atau setara 1.040 pemberi pinjaman yang berbadan usaha, sisanya merupakan pemberi pinjaman individual.

Pertumbuhan yang besar, dan minimnya pemberi pinjaman berbadan usaha ini pula yang bikin sejumlah bank lain tertarik melakukan kerjasama pembiayaan dengan fintech. PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) misalnya berencana melakukan kerja sama pembiayaan dengan fintech pada 2020 mendatang.

Baca Juga: Bersaing dengan digital, kini bank kurangi biaya operasional

“Tahun depan kami berencana melakukan sinergi dengan fintech. Targetnya kami bisa menyalurkan pembiayaan sebesar 5% dari total kredit atau setara Rp 200 miliar,” kata Direktur Bank Oke Efdinal Alamsyah kepada Kontan.co.id.

Tak cuma bank umum, BPR juga turut membidik kerja sama serupa. Ketua Umum Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Joko Suyanto mengaku saat ini pihaknya juga tengah mengembangkan model kerja sama antara BPR dengan sejumlah fintech.

“Potensinya baik, meskipun volume yang sudah disalurkan memang masih kecil masih puluhan miliar sebab model bisnisnya memang masih diteliti dan dikembangkan. Karena meskipun bekerja sama dengan fintech, sebagai bank kami perlu melakukan mitigasi risiko yang baik dan mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan dana,” katanya kepada Kontan.co.id.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Thrive

[X]
×