kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.305.000   6.000   0,26%
  • USD/IDR 16.596   18,00   0,11%
  • IDX 8.255   -3,17   -0,04%
  • KOMPAS100 1.126   -1,60   -0,14%
  • LQ45 791   -2,36   -0,30%
  • ISSI 296   0,78   0,27%
  • IDX30 414   -1,24   -0,30%
  • IDXHIDIV20 464   -3,05   -0,65%
  • IDX80 124   -0,10   -0,08%
  • IDXV30 133   -0,37   -0,28%
  • IDXQ30 129   -0,42   -0,33%

Penggunaan Produk dan Layanan Keuangan Syariah Masih Minim, Ini Sebabnya Menurut OJK


Senin, 13 Oktober 2025 / 08:52 WIB
Penggunaan Produk dan Layanan Keuangan Syariah Masih Minim, Ini Sebabnya Menurut OJK
ILUSTRASI. OJK membeberkan penyebab masih minimnya masyarakat yang menggunakan produk dan layanan keuangan syariah.


Reporter: Ferry Saputra | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membeberkan penyebab masih minimnya masyarakat yang menggunakan produk dan layanan keuangan syariah. Jika menelaah hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025, literasi keuangan syariah sebesar 43,42% dan inklusinya sebesar 13,41%. Terlihat gap-nya cukup besar antara tingkat pemahaman dengan adopsi penggunaan produk keuangan syariah.

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi mengatakan berdasarkan penelitian adopsi layanan keuangan syariah pada komunitas muslim di 12 provinsi, salah satu alasan masyarakat belum menggunakan produk dan layanan keuangan syariah karena mereka merasa belum memiliki pemahaman yang cukup terhadap produk dan layanan keuangan syariah. 

"Ditambah, adanya keterbatasan akses, khususnya di wilayah pedesaan, serta belum optimalnya jumlah dan ragam penawaran produk layanan yang dilakukan Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK) syariah untuk bisa mengoptimalkan captive market yang ada," ujarnya dalam konferensi pers RDK OJK, Kamis (9/10/2025).

Baca Juga: Perkuat Kolaborasi untuk Tingkatkan Literasi Keuangan Syariah

Untuk meningkatkan inklusi keuangan syariah, Friderica menyampaikan salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah terus mengedukasi masyarakat dan memberikan berbagai kemudahan transaksi keuangan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Dari sisi OJK, Friderica menerangkan pihaknya senantiasa berupaya mengorkestrasi dan mengintegrasikan program peningkatan literasi dan inklusi keuangan syariah melalui pengembangan model inklusi dan akses keuangan syariah. Dia bilang OJK juga berupaya mempercepat dan memperluas kolaborasi dalam edukasi keuangan syariah. 

"Upaya itu didukung oleh berbagai strategi, seperti penguatan infrastruktur literasi dan inklusi keuangan, lalu membangun dukungan dan aliansi strategis dengan berbagai pihak lain," tuturnya.

Friderica menambahkan beragam inisiatif peningkatan literasi dan inklusi keuangan syariah itu dikembangkan secara spesifik dan inklusif lewat sejumlah program, seperti berkolaborasi dengan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) dalam menyelenggarakan program Sahabat Ibu Cakap Literasi Keuangan Syariah (SICANTIKS) yang ditujukan untuk perempuan atau ibu rumah tangga sehingga diharapkan meningkatkan pemahaman mengenai keuangan syariah, waspada aktivitas keuangan ilegal, dan pengelolaan keuangan yang bijaksana. 

Selain itu, OJK juga senantiasa menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak dalam peningkatan literasi dan inklusi keuangan syariah, seperti Kementerian Agama, Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI), hingga Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD). 

Baca Juga: OJK Susun Sejumlah Rancangan SEOJK di Bidang Sektor Jasa Keuangan Syariah

"Dengan demikian, kami bisa menggencarkan keuangan syariah hingga pelosok negeri," kata Friderica.

Lebih lanjut, Friderica juga menyampaikan sebenarnya pangsa pasar keuangan syariah di Indonesia masih memiliki potensi yang besar. Hal itu juga tercermin dari tren literasi dan keuangan syariah yang terus meningkat dari data SNLIK. Pada 2024, mencatat literasi hanya berada di level 39,11%, sedangkan inklusinya sebesar 12,88%. Pada 2025, literasi keuangan syariah menjadi sebesar 43,42% dan inklusinya sebesar 13,41%.

"Melihat SNLIK yang meningkat setiap tahunnya baik literasi dan inklusi, sebenarnya hal itu menjadi peluang yang besar bagi industri jasa keuangan syariah untuk bisa terus meningkatkan penetrasi produk dan layanan," ungkapnya.

Ditambah, kata Friderica, Indonesia juga merupakan salah satu negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Jadi, dia bilang hal itu seharusnya bisa dioptimalkan PUJK di industri keuangan syariah. 

Selanjutnya: Menengok Peluang dan Prospek Emiten Grup Adaro, Antara ADRO, ADMR, dan AADI

Menarik Dibaca: IHSG Berpotensi Melemah Tersengat Memanasnya Perang Dagang AS-China (13/10)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×