Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Aliran kredit perbankan ke sektor batubara atau yang dijuluki juga dengan “emas hitam” ini tampaknya belum menunjukkan tanda-tanda kelesuan.
Ini tercermin dari bertumbuhnya arus kredit yang disalurkan sejumlah perbankan ke sektor ini.
Ambil contoh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI). Bank berlogo pita merah ini menyampaikan jika pihaknya terus menggenjot penyaluran kredit ke berbagai sektor strategis, salah satunya ialah ke sektor industri batubara.
Bank Mandiri mencatat baki debet industri batubara per Mei 2025 mencapai Rp 62,1 triliun.
Baca Juga: Perbankan Waspadai Dampak Penertiban Kawasan Hutan Terhadap Kredit Sektor CPO
Nilai ini dicatat tumbuh sebesar 25,99% year-on-year (YoY). Kemudian Bank Mandiri juga mencatat bahwa kredit macet atau Non-Performing Loan (NPL) di sektor ini berada di level 0,00%.
“Bank Mandiri juga terus mengoptimalkan pertumbuhan di berbagai sektor yang berdampak pada masyarakat luas, dengan tetap menjaga kualitas dan profil risiko, termasuk konsentrasi kredit ke sektor-sektor tertentu,” kata Direktur Utama Riduan beberapa waktu yang lalu.
Selain itu, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) bilang bahwa pihaknya terus konsisten menyalurkan pembiayaan ke berbagai sektor secara pruden dan sesuai kaidah serta ketentuan hukum di Indonesia.
Pembiayaan di sektor batubara dilakukan dalam rangka mendukung penyediaan pasokan listrik bagi masyarakat di seluruh pelosok.
EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn bilang jika pihaknya melihat penyaluran kredit ke sektor batubara sejalan dengan kebutuhan pasokan energi yang belum dapat sepenuhnya dipenuhi oleh energi baru terbarukan selama masa transisi.
Di BCA sendiri, realisasi kredit batubara saat ini berkisar di bawah 3% dari total portofolio kredit di BCA.
“Prospek industri batubara ke depan akan bergantung kepada perekonomian global dan dinamika geopolitik yang memengaruhi pasokan energi global,” kata Hera.
Baca Juga: Perbankan Masih Mencatatkan Pertumbuhan Kredit Tambang Batubara
Kemudian Hera juga menyampaikan bahwa dalam hal ini, BCA menyadari pentingnya peran sektor keuangan dalam memperkuat ketahanan energi serta mempercepat transisi menuju ekonomi hijau, dengan mendanai kebutuhan investasi hijau dan dukungan kepada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Untuk itu, BCA juga senantiasa berkomitmen untuk mengoptimalkan penyaluran kredit ke sektor berkelanjutan.
Dicatatnya penyaluran kredit BCA ke sektor-sektor berkelanjutan naik 21,1% secara tahunan (YoY) menyentuh Rp 239,7 triliun per Juni 2025. Capaian ini mengisi 24,9% dari total portofolio pembiayaan.
Soal ini Pengamat Perbankan Moch Amin Nurdin menyebut bahwa pertumbuhan kredit perbankan di sektor batubara perlu dicermati dalam beberapa hal.
Sisi pertama, ini berkaitan dengan isu climate change. Dia menyoroti bahwa perbankan mesti memperhatikan apakah para debitur kredit batubara sudah melewati pengecekan AMDAL dan lain sebagainya.
“Yang perlu dicermati adalah apakah debitur yang berbisnis di sektor batubara ini sudah dicek AMDAL dan apakah tidak merusak lingkungan. Kemudian, ini juga menjadi salah satu penopang kredit green finance ya, atau kredit yang kemudian membantu sustainability finance ke depan,” kata Amin.
“Saya rasa itu mungkin sudah dipraktekan ya, karena itu menjadi salah satu kewajiban yang ada dalam rencana keuangan berkelanjutan maupun sustainability report setiap tahun yang disiapkan oleh bank untuk OJK. Jadi itu yang mungkin menjadi hal negatifnya kalau belum terlaksana dengan optimal,” lanjutnya.
Baca Juga: Harga Batubara Diproyeksi Kian Tergerus, Simak Rekomendasi Saham Sektor Batubara
Kemudian, Amin memproyeksi bahwa prospek penyaluran kredit sektor batubara masih akan positif ke depannya.
“Ekonomi kita juga sebenarnya lesu secara umum, jadi kalau masih ada potensi yang berkembang dari pertambangan ini, menurut saya prospeknya bagus ke depan,” tandasnya.
Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) sekaligus pengamat perbankan Trioksa Siahaan menyebut bahwa pertumbuhan kredit di sektor batubara ini dipengaruhi oleh harga komoditasnya.
Bila harga komoditas batubara sedang bagus, maka kredit di sektor ini akan bergairah.
Baca Juga: Suku Bunga Kredit Sektor Prioritas Mulai Turun Meski Kualitas Kredit Memburuk
“Bila harganya bagus atau naik, maka kredit sektor komoditas akan bergairah, didukung juga dengan kebijakan Presiden Trump yang tidak terlalu mengandalkan kebijakan energi terbarukan, sehingga batubara kembali bergairah,” kata Trioksa.
Selanjutnya: Budi Gadai Nilai Penurunan Suku Bunga BI Tak Langsung Membuat Bunga Gadai Berubah
Menarik Dibaca: Dukung UMKM Indonesia jangkau Pasar Global, Alibaba.com Luncurkan Guarantee Package
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News