kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.929.000   -9.000   -0,46%
  • USD/IDR 16.280   -10,00   -0,06%
  • IDX 7.113   44,39   0,63%
  • KOMPAS100 1.038   7,95   0,77%
  • LQ45 802   5,08   0,64%
  • ISSI 229   1,99   0,87%
  • IDX30 417   1,49   0,36%
  • IDXHIDIV20 489   1,52   0,31%
  • IDX80 117   0,66   0,57%
  • IDXV30 119   -0,75   -0,63%
  • IDXQ30 135   0,08   0,06%

Perbaikan Kinerja Bank Raksasa RI Belum Signifikan Tapi Sahamnya Sudah Meroket


Minggu, 01 Juni 2025 / 20:03 WIB
Perbaikan Kinerja Bank Raksasa RI Belum Signifikan Tapi Sahamnya Sudah Meroket
ILUSTRASI. Logo Bank BRI di gedung kantor pusat, Jakarta. Hingga empat bulan pertama di 2025, kinerja bank-bank raksasa tanah air belum menunjukkan perubahan yang signifikan.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga empat bulan pertama di 2025, kinerja bank-bank raksasa tanah air belum menunjukkan perubahan yang signifikan. Meskipun, ada beberapa bank besar telah menunjukkan perbaikan secara perlahan.

Di sisi lain, pergerakan saham-saham bank jumbo justru menunjukkan kenaikan yang signifikan dalam sebulan terakhir. Ini terjadi setelah pada awal tahun banyak investor asing yang keluar dan menyebabkan saham-saham big banks ini terlihat loyo kala itu.

Adapun, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi salah satu big banks yang kinerjanya sudah menunjukkan ada perbaikan. Sayangnya, bank yang akrab dengan wong cilik ini masih menunjukkan penurunan.

Baca Juga: Digempur Paylater dan Fintech, Apakah Bisnis Kartu Kredit Perbankan Masih Prospektif?

Sebagai gambaran, sepanjang caturwulan pertama di 2025 ini, laba BRI tercatat turun 15,7% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 15 triliun. Penurunan tersebut setidaknya lebih baik jika dibandingkan posisi Januari 2025 yang sempat turun hingga 58% YoY.

 

Perbaikan tersebut pun tampaknya sudah disambut baik oleh para investornya yang tercermin dari kenaikan harga BBRI. Selama sebulan terakhir, harga BBRI sudah naik hingga 15,89% menjadi Rp 4.450 per saham dan menjadi kenaikan tertinggi dibandingkan big banks lainnya.

Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi belum lama ini juga mengungkapkan bahwa salah satu strategi utama yang diusung BRI adalah fokus pada pengelolaan dana murah atau dikenal dengan CASA. Hal tersebut untuk menjaga efisiensi biaya dana dan mempertahankan stabilitas bisnis jangka panjang.

Hal tersebut tercermin dari komposisi CASA BRI yang terkerek naik secara tahunan dari 62,14% menjadi 64,84% dari total Dana Pihak Ketiga (DPK). Di mana, total dana murah BRI sebesar Rp 908 triliun dengan deposito yang termasuk dana mahal mengalami penurunan 6,6% YoY.

Baca Juga: Dibayangi Kenaikan NPL, Bisnis Kartu Kredit Perbankan Masih Tumbuh hingga April 2025

Hendy mengungkapkan bahwa pertumbuhan dana murah tersebut tidak terlepas dari optimalisasi layanan digital BRI, khususnya melalui super apps BRImo, perluasan jaringan AgenBRILink serta pengembangan transaction banking dan ekosistem merchant.

Transaction banking menjadi salah satu pilar utama BRI dalam membangun CASA secara konsisten,” ujar Hendy.

Contoh lainnya, ada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang juga menunjukkan ada perbaikan kinerja dari sisi laba. Pasalnya, dalam empat bulan di awal 2025 ini, laba BCA juga menunjukkan perbaikan kinerja dengan pertumbuhan laba sekitar 17,4% YoY dari kondisi awal tahun yang hanya tumbuh 5,8% YoY.

 

Harga sahamnya pun juga mengalami peningkatan 7,12% selama sebulan terakhir menjadi Rp 9.400 per saham. Hanya saja, pertumbuhan tersebut merupakan yang paling lambat jika dibandingkan tiga bank jumbo lainnya.

Sedikit berbeda, ada PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang justru mengalami perlambatan. Ini tercermin dari labanya yang hanya tumbuh 0,7% YoY pada empat bulan pertama 2025. Padahal, di awal tahun, laba Bank Mandiri sempat tumbuh 4,4% YoY.

Hal tersebut sejalan dengan pertumbuhan Bank Mandiri yang juga mengalami perlambatan. Di mana,kredit  per Januari 2025 bisa tumbuh hingga 19% YoY dan per April 2025 hanya tumbuh sekitar 15% YoY.

Baca Juga: Simpanan Nasabah Kaya di Perbankan Tumbuh Tipis hingga April 2025

“Bank Mandiri optimis dapat mendeliver target pertumbuhan kredit secara konsolidasi sesuai dengan guidance dapat tumbuh di kisaran 10% - 12% YoY pada akhir tahun 2025,” ujar Corporate Secretary Bank Mandiri M Ashidiq Iswara.

VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus  Audi pun mengungkapkan bahwa secara garis besar, tren kinerja big banks masih cenderung tertekan. InI seiring dengan cost of credit yang meningkat hingga perlambatan pertumbuhan kredit.

Meski demikian, Audi melihat ada peluang bagi big banks ini memiliki ruang perbaikan terdampak oleh sentimen positif dari pelonggaran kebijakan moneter. Mengingat, Bank Indonesia (BI) baru-baru ini menurunkan BI-rate menjadi 5,5%.

“Kami meyakini dalam jangka menengah hingga panjang kinerja bank akan cenderung membaik,” ujar Audi.

 

Sementara itu, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan mengungkapkan pada Mei 2025, saham big banks justru mulai menunjukkan arah yang lebih positif. Meskipun, dari sisi kinerja fundamental, Ekky sepakat memang terlihat belum membaik.

Ia bilang saham BBCA bahkan bisa dikategorikan berada dalam tren strong bullish, sementara BBRI sudah berhasil breakout dari level resistance dan berpotensi melanjutkan penguatan.

Untuk BMRI dan BBNI, meskipun kenaikannya masih relatif lambat, Ekky melihat secara teknikal terlihat ada potensi pembalikan arah tren, tinggal menunggu konfirmasi lanjutan dari volume dan price action

Baca Juga: Pangsa Pasar Baru 24,9%, OJK Dorong Investor Asing Akuisisi Bank di Indonesia

Oleh karena itu, Ekky memandang level harga saat ini masih cukup layak untuk akumulasi bertahap, terutama bagi investor jangka panjang yang mengutamakan keamanan investasi serta prospek stabil dari sektor perbankan. 

“Kombinasi antara valuasi rendah dan fundamental yang relatif kuat menjadikan saham-saham bank big caps sebagai opsi defensif yang menarik di tengah kondisi pasar yang masih fluktuatif,” ujarnya.

Adapun, ia menargetkan harga BBCA terdekat bisa mencapai Rp 9.700 per saham hingga target jangka pendek mencapai Rp 11.000. Sementara itu, BMRI dan BBNI, masing-masing bisa tembus Rp 5.500 dan Rp 4.750.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×