Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Tendi Mahadi
Tiar menambahkan layanan pendanaan melalui pinjaman online ini menawarkan fleksibilatas skema pendanaan yang telah disesuaikan dengan mahasiswa. Ia juga mengatakan animo mahasiswa dalam memanfaatkan fintech atau pinjaman online untuk membayar biaya kuliah cukup tinggi.
“Dibanding KTA bank, fintech lending dianggap lebih mudah diakses oleh mahasiswa,” jelas Tiar.
Sejalan dengan hal tersebut, Financial Planner Aidil Akbar Madjid membeberkan sudut pandang perencana keuangan terkait pembayaran kuliah melalui pinjol. Menurutnya pendidikan termasuk investasi, sehingga masuk kategori yang boleh dilakukan dengan cara berhutang.
“Boleh saja asalkan terdapat kemampuan untuk membayar kembali cicilannya,” ujar Aidil.
Menurutnya kemampuan membayar cicilan hutang ini yang menjadi kunci penting ketika berhutang apapun, termasuk dalam menggunakan pinjol. Ia menambahkan yang perlu diperhatikan juga oleh mahasiswa jika hendak mengambil pinjaman melalui pinjol untuk membayar uang kuliah di antaranya bunga pinjaman serta denda.
“Bila ada sumber dana untuk membayar boleh saja, kalau tidak ada ya jangan, nanti malah jadi kredit macet,” ungkapnya.
Dalam hal ini risiko jika terjadi masalah menurut Aidil akan berdampak pada kedua belah pihak, yaitu penyelenggara pinjol dan mahasiswa. Pihak penyelenggara pinjol akan terpapar dengan risiko kredit macet yang mungkin bisa saja tinggi apabila banyak dari mahasiswa yang kemudian tidak mampu membayar cicilan karena sebab apapun.
“Sementara untuk mahasiswa hal ini bisa menjadi bermasalah karena semakin banyak perusahaan (multinasional dan lokal) yang sudah mengikutsertakan SLIK sebagai salah satu persyaratan dalam menerima karyawan baru,” kata Aidil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News