Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Kondisi likuiditas perbankan di awal tahun 2016 ini mengalami pengetatan. Hal ini disebabkan bank mulai menggejot penyaluran kredit di sektor infrastruktur, sedangkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) bisa dibilang pas-pasan.
“Likuiditas pasar agak ketat, disebabkan karena kredit mulai tumbuh karena bisnis mulai menggeliat, namun kondisi funding masih tight,” kata Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo, Rabu (20/1).
Hal senada diungkapkan Direktur Utama Bank Negara Indonesia (BNI) Achmad Baiquni. Menurutnya, selain karena penyaluran kredit infrastruktur, di tahun ini, likuiditas bank juga akan dipengaruhi oleh penyaluran kredit usaha rakyat (KUR). “Dua duanya menyerap likuiditas,” ujarnya.
Baiquni mengatakan pengetatan likuiditas juga dipengaruhi oleh persaingan dalam penghimpunan dana. Namun dengan kebijakan pematokan suku bunga maksimal deposito pada tahun lalu, menurutnya cukup membantu menjaga kondisi likuiditas di pasar.
Untuk menambah likuiditas, rencananya BNI akan menggali dana deposito dari luar negeri. Misalnya, BNI akan meminta cabang di Tokyo untuk menawarkan suku bunga deposito yang bersaing.
Selain itu, BNI juga akan menawarkan beberapa program promo seperti yang ada di Indonesia untuk dibawa ke luar negeri. “Kalau tidak ada halangan, kami ingin menggali potensi dana ini,” ujar Baiquni.
Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) Asmawi Syam mengakui bahwa pada awal tahun ini kondisi pertumbuhan DPK agak lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan kredit.
Namun menurutnya, hal itu relatif lebih bagus dibandingkan dengan perlambatan pertumbuhan kredit. “Kalau dari sisi positifnya, berarti perekonomian sedang berjalan,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News