kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.924.000   5.000   0,26%
  • USD/IDR 16.270   34,00   0,21%
  • IDX 7.097   49,71   0,71%
  • KOMPAS100 1.026   -3,02   -0,29%
  • LQ45 777   -8,81   -1,12%
  • ISSI 234   3,28   1,42%
  • IDX30 401   -4,82   -1,19%
  • IDXHIDIV20 462   -8,51   -1,81%
  • IDX80 115   -0,50   -0,43%
  • IDXV30 117   -0,60   -0,51%
  • IDXQ30 129   -2,45   -1,87%

Penetrasi Asuransi Masih Rendah, BRI Insurance Dorong Transformasi Bisnis


Senin, 14 Juli 2025 / 23:46 WIB
Penetrasi Asuransi Masih Rendah, BRI Insurance Dorong Transformasi Bisnis
ILUSTRASI. BRI Insurance.


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peran industri asuransi umum dalam sektor keuangan nasional masih tergolong kecil, tercermin dari kinerjanya sepanjang 2024. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pendapatan premi asuransi umum hanya tumbuh sebesar 5,36% menjadi Rp 117,71 triliun, menurun jauh dibandingkan pertumbuhan pada 2023 yaitu 19,52% .

Laba bersih bahkan anjlok drastis hingga minus Rp 8,94 triliun pada akhir 2024, mencerminkan penurunan sebesar 197,79% dari pertumbuhan positif tahun sebelumnya. Sementara itu, total aset asuransi umum hanya meningkat tipis 7,77% sebesar Rp 242,91 triliun.

"Data ini mengindikasikan bahwa sektor asuransi umum masih menghadapi tantangan besar dalam memperkuat kontribusinya terhadap dinamika industri keuangan nasional," ujar Pimpinan Corporate Planning and Strategy Division BRI Insurance, Aryo Swastika Nugroho dalam keterangannya, Senin (14/7).

Sebaliknya, sepanjang tahun 2025, industri perbankan menunjukkan kinerja positif dengan pertumbuhan kredit sebesar 9,16% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 7.908 triliun. Peningkatan ini ditopang oleh pertumbuhan penyaluran kredit pada segmen investasi, konsumsi, dan modal kerja. Sementara itu, total aset perbankan meningkat 6,7% YoY, mencapai Rp 12.492,32 triliun.

Baca Juga: OJK Usulkan Aturan Tarif Asuransi Kendaraan Listrik, Ini Tanggapan Great Eastern

Berdasarkan data OJK per September 2024, penetrasi asuransi di Indonesia baru mencapai 2,6% terhadap PDB, jauh tertinggal dari negara lain seperti Malaysia (4,8%), Jepang (7,1%), dan Singapura (11,4%). Penetrasi asuransi umum bahkan lebih rendah, hanya 0,53%, mencerminkan kontribusi yang masih sangat terbatas terhadap perekonomian nasional.

Selain itu, densitas asuransi umum masih rendah, yaitu sekitar Rp417 ribu per kapita per tahun. Hal tersebut menandakan bahwa masyarakat rata-rata hanya mengalokasikan dana kecil untuk perlindungan risiko.

Rendahnya angka penetrasi menunjukkan terbatasnya peran asuransi dalam menopang stabilitas ekonomi, sementara densitas yang rendah mencerminkan produk asuransi belum menjangkau masyarakat secara luas, baik dari sisi aksesibilitas maupun keterjangkauan.

"Kondisi ini menjadi sinyal kuat perlunya reformasi strategi distribusi dan pengembangan produk yang lebih relevan dengan kebutuhan pasar," kata Aryo.

Fakta-fakta tersebut menunjukkan adanya ketimpangan antara pertumbuhan industri asuransi dan perbankan meskipun keduanya berada dalam satu sektor keuangan yang seharusnya tumbuh saling mendukung. Namun, realitas menunjukkan bahwa industri asuransi masih tertinggal jauh, baik dari sisi penetrasi maupun inklusi.

Ketimpangan ini juga tercermin dari kesenjangan antara literasi dan inklusi. Pada 2025, tingkat literasi asuransi masyarakat mencapai 45,45%. Namun, tingkat inklusinya hanya mencapai 28,5%. Artinya, meskipun pemahaman masyarakat terhadap asuransi semakin meningkat, hal ini belum sepenuhnya berujung pada penggunaan produk.

Sebaliknya, sektor perbankan mencatat capaian inklusi yang lebih baik, dengan 36% masyarakat dewasa telah memiliki akses terhadap layanan keuangan formal. Ini menunjukkan bahwa tantangan utama asuransi bukan hanya pada pemahaman, tetapi pada konversi pengetahuan menjadi partisipasi nyata.

Di sisi lain, inovasi produk asuransi juga belum sepenuhnya menjawab kebutuhan segmen masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Saluran distribusi digital pun belum mampu mendorong penetrasi ke segmen pasar yang lebih luas.

Baca Juga: ACA: Penerapan Tarif Premi antara Kendaraan Konvensional dan Listrik Perlu Dibedakan

Selain itu, minimnya insentif fiskal bagi pemegang polis juga menjadi faktor pembatas, terutama jika dibandingkan dengan dukungan fiskal yang lebih besar terhadap sektor perbankan. Kombinasi hambatan ini memperlambat laju pertumbuhan asuransi umum untuk berkembang sejajar dengan perbankan.

Untuk menjawab tantangan tersebut, perusahaan asuransi perlu mengambil langkah strategis yang tidak hanya bersifat taktis tetapi juga berdampak jangka panjang. Salah satu strategi yang potensial adalah optimalisasi kanal bancassurance.

Kanal ini memungkinkan produk asuransi umum ditawarkan secara tepat sasaran, efisien, dan melekat pada kebutuhan nyata nasabah dengan memanfaatkan kepercayaan serta infrastruktur bank yang telah mapan.

Namun, berdasarkan data AAUI, kontribusi premi dari kanal bancassurance justru mengalami penurunan 27,4% pada 2024. Hal ini kontras dengan kanal seperti broker dan direct marketing yang justru mencatat pertumbuhan masing-masing 17,6% dan 17,5%.

"Fakta ini menunjukkan bahwa potensi bancassurance belum dioptimalkan secara strategis, bukan karena pasarnya kecil, tetapi karena pendekatannya belum terstruktur dan proaktif," ujar Aryo.




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×