Reporter: Andy Dwijayanto, Barratut Taqiyyah Rafie, Yudho Winarto | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam beberapa hari terakhir, rumor mengenai perceraian antara Lippo Group dengan Ovo santer terdengar. Dikabarkan, Lippo akan hengkang dari Ovo karena tidak sejalan dengan kebijakan marketing yang dijalankan Ovo.
Kendati demikian, rumor ini langsung ditepis oleh Adrian Suherman, Presiden Direktur Multipolar sekaligus Direktur Lippo Group. "Hal tersebut sepenuhnya rumor, sama sekali tidak benar dan tidak berdasarkan fakta. Sebagai pendiri Ovo kami sangat menyayangkan beredarnya rumor yang tidak benar tersebut," ujarnya dalam siaran pers, Minggu (17/11).
Bersama dengan pemegang saham lainnya, Lippo Group tetap merupakan bagian dari Ovo dan mendukung kemajuan Ovo.
Baca Juga: Terpopuler: Alasan pembayaran kupon MTN SRIL ditunda, rumor bercerai Lippo-OVO
Berikut adalah empat fakta terkait Ovo:
1. Ovo didirikan oleh Lippo Group
Presiden Direktur PT Visionet Internasional (Ovo) Karaniya Dharmasaputra mengatakan, Ovo adalah perusahaan penyedia layanan keuangan digital yang didirikan, dirintis, dan dikembangkan oleh Lippo Group. Saat ini, para pemegang saham Ovo sudah sangat beragam, seiring meningkatnya kinerja Ovo, pada dua tahun terakhir.
“Kami adalah perusahaan independen yang dikelola oleh manajemen profesional. Mana mungkin Ovo berpisah dari pendirinya. Ovo fokus perusahaan untuk dorong pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia,” tegas dia.
Baca Juga: Direktur Lippo: Sebagai pendiri OVO, kami menyayangkan beredarnya rumor bercerai
Bahkan dirinya sudah berdiskusi panjang lebar dengan Direktur Lippo Group John Riady, guna mengembangkan Ovo ke depan. Menurut Karaniya, beberapa hari terakhir muncul rumor yang sangat merugikan eksistensi Ovo dan Lippo Group.
2. Masuk daftar lima unicorn terbesar Indonesia
Ovo, penyedia layanan pembayaran elektronik besutan Grup Lippo, ditaksir memiliki valuasi sebesar US$ 2,9 miliar atau sekitar Rp 41 triliun oleh firma analis perusahaan CB Insight. Angka tersebut, menurut CB Insight, sudah dicapai sejak 14 Maret 2018.
Baca Juga: Lippo angkat bicara soal rumor akan pisah dengan OVO
Dengan demikian, Ovo pun menjadi startup kelima dari Indonesia yang digelari “unicorn”, mengacu pada valuasi di atas US$ 1 miliar. Empat unicorn lainnya adalah Gojek, Bukalapak, Tokopedia, dan Traveloka.
3. Transaksi Ovo capai 1 miliar transaksi tahun lali
Catatan Kontan.co.id, transaksi Ovo pada tahun lalu tumbuh 75 kali lipat dengan 1 miliar transaksi. Saat ini Ovo terdapat di 115 juta perangkat, di 303 kota dengan lebih 500ribu gerai.
"Hanya dalam dua tahun (Ovo) telah berkembang pesat menjadi perusahaan fintech e-money Indonesia yang semoga dapat menjadi kebanggaan nasional. Dan akan terus mendukung upaya pemerintah, BI dan OJK untuk meningkatkan inklusi keuangan di tanah air," kata Adrian.
Baca Juga: OVO terbuka jalin kemitraan strategis dengan berbagai merchant termasuk Alfamart
4. Saingi Gojek, Ovo dikabarkan akan merger dengan DANA
Pada September lalu, Reuters memberitakan aplikasi transportasi asal Singapura, Grab, dikabarkan sedang dalam pembicaraan untuk membeli saham mayoritas DANA dari media konglomerat Elang Mahkota Teknologi (Emtek). Menurut sumber Reuters, nantinya, DANA akan digabungkan dengan OVO, sebuah perusahaan pembayaran digital di Indonesia milik Grab.
Baca Juga: Transfer uang lewat fintech lebih murah, bagaimana nasib bank?
Lewat merger OVO-DANA, perusahaan menargetkan bisa menghadang dominasi market pembayaran online bernilai miliaran dollar AS milik Gojek. Melansir Reuters, OVO dan Gojek telah bersaing untuk mendapatkan posisi teratas di market pembayaran online sejak 2018, dan posisi DANA tidak jauh di belakang.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menkominfo: Ovo Jadi "Startup Unicorn" Kelima dari Indonesia"
Penulis : Reska K. Nistanto
Editor : Oik Yusuf
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News