kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sejumlah bank berpotensi terpapar gagal bayar Duniatex Group


Rabu, 31 Juli 2019 / 17:58 WIB
Sejumlah bank berpotensi terpapar gagal bayar Duniatex Group


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kegagalan PT Delta Dunia Sandang Textile (DDST), anggota Duniatex Group membayar bunga dan pinjaman senilai US$ 11 juta dari pinjaman sindikasi senilai total US$ 260 juta yang mestinya dibayar 10 Juli lalu menunjukan likuidiitas perusahaan sedang terganggu.

Akibatnya, kemampuan membayar Duniatex Group minim. Sejak kegagalan tersebut dua lembaga rating yaitu Fitch, dan Standard Poor juga telah menurunkan rating utang Duniatex Group.

Baca Juga: Waspadai perang dagang AS-China, Bank Syariah selektif memberi pembiayaan

Apalagi September mendatang anggota Dunaitex Group lainnya yaitu PT Delta Merlin Dunia Textile (DMDT) juga mesti memenuhi kewaijbannya atas bunga dan pokok senilai US$ 5 juta atas pinjaman sindikasi yang diterimanya serta mulai membayar kupon obligasi senilai US$ 12,9 juta dari obligasi senilai US$ 300 juta yang diterbitkan Maret lalu.

Kondisi ini tentu bikin was-was para kreditur Duniatex Group. Salah satu krediturnya, yaitu Lembaga Pembiayaan Ekspor Impor (LPEI) alias Indonesian Eximbank telah menyatakan potensi kegagalan Duniatex Group sudah bikin rasio kredit bermasalahnya meningkat.

“Dampak atas gagal bayarnya kupon global bond Duniatex, rasio NPL kami yang semula 14,46% hingga 30 Juni 2019 dapat menjadi 14,52%,” tulis Corporate Secretary Eximbank Emalia Tisnamisastra dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia beberapa waktu lalu. 

Eximbank sendiri sejauh ini diketahui merupakan kreditur yang punya eksposur kredit terbesar di Duniatex. Total Eximbank menyalurkan pembiayaan senilai Rp 3,04 triliun kepada empat entitas dalam Duniatex Group.

Perinciannya, Rp 1,2 triliun kepada PT Delta Dunia Textile (DDT), Rp 1,5 triliun kepada Delta Merlin Sandang Textile (DMST), Rp 54 miliar kepada DMDT, dan Rp 289 miliar kepada DDST.

Baca Juga: Tiga saham turun, ini rekaman BMRI, BBRI, BBNI, BBTN, dan BBCA (29/7)

Kemudian ada PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang mengklaim hingga Juli 2019 eksposur kreditnya ke Duniatex Group masih sebesar RP 2,2 triliun. Dalam rekam jejaknya, Bank Mandiri sempat memiliki eksposur kredit hingga Rp 5,5 triliun.

Sedangkan hingga akhir 2018 nilainya berkurang hingga Rp 3,5 triliun. Sepanjang Januari hingga Juli, Duniatex telah melakukan pembayaran senilai Rp 1,3 triliun.

Meski demikian, Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo menyatakan sampai Juli 2019, status kredit Duniatex Group masih tergolong lancar alias berada di level kolektibilitas 1.

Baca Juga: BRI Syariah (BRIS) restrukturisasi utang Duniatex Group Rp 440 miliar

“Duniatex merupakan salah satu debitur terlama kami. Selama ini tidak pernah menunggak pembayaran cicilan kredit,” katanya kepada Kontan.co.id belum lama ini.

Hal senada juga dikatakan Direktur Manajemen Resiko PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Bob Tyasika Ananta. Eksposur kredit bank berlogo 46 ini ke Duniatex Group masih masih terhitung lancar.

Sedangkan hingga Juli 2019, Bob bilang perseroan masih memiliki eksposur kredit senilai total 459 miliar. Nilai tersebut berasal dari pinjaman bilateral senilai Rp 158 miliar, dan partisipasi BNI dalam pinjaman sindikasi senilai Rp 301 miliar ke DDST.

“Kami tidak menutup mata dengan kondisi Duniatex, dan bisa kami siapkan untuk masuk Pra-NPL. Namun saat ini masih di kolektibilitas 1,” kata Bob.

Selain tiga lembaga keuangan ini ada pula beberapa bank yang hingga saat ini menyatakan masih memiliki eksposur ke Duniatex Group.

Mereka adalah PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS) senilai Rp 440 miliar, PT Bank BNI Syariah senilai Rp 186,9 miliar, PT Bank Muamalat Tbk senilai Rp 125 miliar, dan PT Bank Panin Syariah Tbk (PNBS) senilai 262,9 miliar.

Kemudian ada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank International Nobu Tbk (NOBU). Sayangnya, kedua bank ini enggan menyatakan berapa eksposur kreditnya ke Duniatex Group.

Baca Juga: Demi ambisi menggenjot pembiayaan, BCA Syariah segera disuntik modal Rp 1 triliun

Sementara berdasarkan laporan keuangan DMDT hingga 2018, DMDT saja masih memiliki tunggakan senilai Rp 5,39 triliun. Perinciannya utang sindikasi senilai US$ 209,6 juta atau setara Rp 2,92 triliun, utang kepada 10 bank senilai Rp 2,21 triliun, dan utang terhadap pemegang saham senilai Rp 250 miliar.

Utang sindikasi tersebut berasal dari ING Bank cabang Singapura, Malayan Banking Berhad cabang Singapura, Standard Chartered Bank, BNP Paribas, Taiwan Cooperative Bank cabang Offshore Manila, PT Bank BNP Paribas Indoensia, NEC Capital Solutions Singapore, dan PT Bank JTrust Indonesia Tbk (BCIC).

Sementara pinjaman bilateralnya berasal dari Eximbank senilai Rp 455,9 miliar, Bank Nobu senilai Rp 63,9 miliar, Rabobank seniali Rp 80,5 miliar, Bank Panin Syariah senilai Rp 195 miliar, BRI Syariah 180 miliar, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah senilai Rp 133,7 miliar, Bank Mandiri senilai Rp 630,5 miliar, Bank Muamalat senilai Rp 124,8 miliar, PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS) senilai Rp 60 miliar, dan BNI Syariah senilai Rp 186,9 miliar.

Baca Juga: Duniatex Group gagal bayar, NPL Eximbank naik jadi 14,52% per Juni 2019

Dari daftar tersebut, sejumlah bank mengaku pinjamannya kepada Duniatex Group sudah dilunasi. “Semua eksposur kami di Dunaitex sudah dilunasi pada Mei 2019,” kata Direktur Utama Bank Banten Fahmi Bagus Mahesa kepada Kontan.co.id.

“Yang Rp 59,9 miliar itu sudah dilunasi Januari 2019, dan yang Rp 73,8 miliar dilunasi pada Juni 2019. Selama ini pembayaran pun lancar. Saat ini, kami sudah tidak ada exposure lagi ke Duniatex. Saya juga cukup kaget ada kasus gagal bayar dari Duniatex Group,” kata Direktur Bisnis Korporasi dan Komersial Bank Jateng Pujiono.

Dalam propektus obligasinya, DMDT menyatakan surat utang yang diterbitkan pun salah satunya akan digunakan untuk membayar utang-utang perusahaan kepada kreditur bank, maupun melunasi pinjaman sindikasinya.

Baca Juga: BCA Syariah berharap dapat suntikan Rp 1 triliun dari BCA di kuartal III ini

Dari penerbitan US$ 300 juta, DMDT sendiri akan mendapatkan dana bersih setelah dipotong biaya-biaya mencapai 291,3 juta. Dana sebesar US$ 12,9 juta pun telah dimasukan DMDT ke rekening penampung untuk membayar kupon pertama obligasinya September mendatang.

“Hingga US$ 139,8 juta dari pendanaan bersih yang kami dapatkan akan digunakan untuk membayar pinjaman dari Indonesian Eximbank, Nobu Bank, Rabobank, Panin Syariah, BRI Syariah, Bank Jateng, Bank Mandiri, Bank Muamalat, dan BPD Banten. Sedangkan hingga US$ 150 juta akan kami bayarkan untuk pembayaran pinjaman sindikasi,” tulis DMDT.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×