kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.806.000   14.000   0,78%
  • USD/IDR 16.565   0,00   0,00%
  • IDX 6.511   38,26   0,59%
  • KOMPAS100 929   5,57   0,60%
  • LQ45 735   3,38   0,46%
  • ISSI 201   1,06   0,53%
  • IDX30 387   1,61   0,42%
  • IDXHIDIV20 468   2,62   0,56%
  • IDX80 105   0,58   0,56%
  • IDXV30 111   0,69   0,62%
  • IDXQ30 127   0,73   0,58%

Indonesia Re CEO Forum: Perkuat Industri Asuransi lewat Standarisasi Data &Kolaborasi


Rabu, 26 Maret 2025 / 21:50 WIB
Indonesia Re CEO Forum: Perkuat Industri Asuransi lewat Standarisasi Data &Kolaborasi
ILUSTRASI. Direktur Utama Indonesia Re, Benny Waworuntu, menegaskan bahwa pengelolaan data yang akurat dan terintegrasi merupakan kunci bagi para pelaku industri asuransi untuk menyiapkan produk dan servis yang tepat sasaran.


Reporter: Sri Sayekti | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) (Indonesia Re) sukses menggelar Indonesia Re CEO Forum 2025, sebuah forum strategis yang mempertemukan pemimpin industri asuransi, regulator, serta pemangku kepentingan guna membahas tantangan utama industri perasuransian dan solusi berbasis penguatan data serta kolaborasi

Indonesia Re CEO Forum 2025 telah digelar pada Kamis, 20 Maret 2025, di The St. Regis Hotel Jakarta, mengusung tajuk utama "Killing Many Birds with One Stone: Dealing with Multiple Insurance Industry Challenges by Strengthening Data Usage & Collaboration". Diskusi dalam forum ini berfokus pada penguatan pengelolaan data di industri asuransi umum serta transformasi koordinasi di asuransi kesehatan dan skema employee benefit.

Direktur Utama Indonesia Re, Benny Waworuntu, menegaskan bahwa pengelolaan data yang akurat dan terintegrasi merupakan kunci bagi para pelaku industri asuransi untuk menyiapkan produk dan servis yang tepat sasaran. Di tahun 2024, premi asuransi umum di Indonesia naik  8.7% dibanding tahun sebelumnya, mencapai 112.86 triliun rupiah. Sementara premi asuransi jiwa mencatat angka hingga 185,39 triliun rupiah, tumbuh 4.3% dibanding tahun sebelumnya.

"Meskipun data mencatatkan angka positif, tetapi industri asuransi Indonesia masih memiliki tantangan signifikan dalam regulasi, literasi dan penetrasi pasar.” ujar Benny. Lebih lanjut ia menyebut, “Digitalisasi, transparansi, dan kolaborasi antar-industri menjadi kunci keberhasilan ke depan. Acara ini bertujuan untuk memperkuat sinergi antara regulator dan industri dalam mendorong digitalisasi serta penguatan tata kelola data.” tegasnya saat membuka acara Indonesia Re CEO Forum 2025.

Tidak hanya dari sisi praktisi, regulator sektor asuransi juga menyoroti pentingnya pendekatan berbasis data untuk membangun ekosistem yang stabil dan berkelanjutan. Kepala Departemen Pengawasan Asuransi dan Jasa Penunjang (DAJP) OJK, Soemarjono menyampaikan, tidak hanya pengolahan data sebagai aset, tetapi infrastruktur yang kuat juga perlindungan data dan keamanan siber menjadi prioritas pemangku kebijakan saat ini. “OJK telah menerbitkan POJK No. 23/2024 untuk memastikan transparansi, akurasi, dan ketepatan waktu laporan berkala.” ujarnya.

Baca Juga: Indonesia Re Perkuat Komitmen Keterbukaan Informasi dengan Inovasi Digital

Penguatan Manajemen Data dalam Asuransi Umum
Diskusi sesi pertama dalam Indonesia Re CEO Forum 2025 mengangkat topik "Enhancing Industry Data Management to Strengthen the Resilience and Competitiveness of Non-Life Insurance Sector", menyoroti pentingnya pengelolaan data yang terintegrasi guna memperkuat daya saing industri asuransi umum.

Diskusi ini menghadirkan narasumber dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang disampaikan oleh Kurnia Yuniakhir selaku Deputi Direktur Pengawasan Asuransi Umum dan Reasuransi, dilanjutkan dengan pemaparan dari Rianto Ahmadi, Direktur Teknik Indonesia Financial Group (IFG), dan dari Delil Khairat, Direktur Teknik Operasi Indonesia Re, yang membahas berbagai tantangan serta peluang dalam pengelolaan data industri asuransi umum. Salah satu isu utama yang diangkat adalah urgensi pembentukan badan pengelola data terintegrasi yang independent dan dikelola oleh Pemerintah, guna meningkatkan transparansi dan akurasi dalam industri perasuransian.

“Dengan total aset mencapai 619,23 triliun dari sektor asuransi jiwa dan asuransi umum mencapai 252,37 triliun rupiah, kita bisa melakukan reformasi sektor asuransi dengan cara penguatan modal dan pendalaman pasar, juga penerapan standar internasional.” ujar Deputi Direktur Pengawasan Asuransi Umum dan Reasuransi di Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kurnia Yuniakhir dalam paparannya.

Standarisasi data dan format pelaporan juga menjadi perhatian utama, mengingat pentingnya sistem data yang seragam dalam meningkatkan efisiensi klaim serta akurasi penilaian risiko, sehingga memungkinkan industri asuransi untuk lebih adaptif terhadap dinamika pasar dan regulasi.

Selain itu, forum ini juga menyoroti implementasi teknologi digital sebagai faktor kunci dalam memperkuat tata kelola transaksi reasuransi. Pemanfaatan inovasi seperti cloud computing, kecerdasan buatan (artificial intelligence), dan blockchain dinilai dapat meningkatkan efisiensi operasional, mempercepat proses klaim, serta memitigasi risiko fraud di industri asuransi umum.

Dengan sinergi antara regulator, asosiasi, dan pelaku industri, diharapkan transformasi digital dan optimalisasi pengelolaan data dapat mendorong daya saing sektor asuransi nasional di tengah lanskap bisnis yang semakin kompleks.

Sebagai tindak lanjut dari inisiatif taksonomi data asuransi, yang sebelumnya ditandatangani oleh Indonesia Re dan Indonesia Financial Group (IFG) dalam Indonesia Re CEO Forum 2024, forum ini mendorong implementasi pemetaan Chart of Account (CoA) teknik dan master library di industri asuransi secara konsisten. Langkah ini bertujuan untuk memperkuat analisis risiko, meningkatkan efisiensi operasional, serta memastikan kepatuhan regulasi dalam transaksi reasuransi.

Selain itu, forum ini juga menggarisbawahi pentingnya percepatan transformasi digital sesuai dengan Peta Jalan Pengembangan dan Penguatan Perasuransian Indonesia 2023–2027 yang dirumuskan oleh OJK, guna meningkatkan literasi asuransi, jangkauan pemasaran, serta kualitas layanan industri.

Baca Juga: Perkuat Transparansi, Indonesia Re dan KPK Gelar Sharing Session LHKPN

Transformasi dan Koordinasi Skema Employee Benefit dan Asuransi Kesehatan
Panel kedua dalam forum ini mengangkat topik "Transforming Employee Benefit Portfolio: Strategy on Data Standardization, Operation, and Coordination of Benefit", yang membahas strategi optimalisasi pengelolaan data dan koordinasi dalam industri asuransi kesehatan serta skema employee benefit.

Diskusi ini menghadirkan narasumber dari Marsh Mercer Benefit, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, Asuransi Sompo Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang membahas berbagai tantangan dan solusi dalam asuransi jiwa dan kesehatan. 

Salah satu isu utama yang dibahas adalah standarisasi data klaim asuransi kesehatan guna meningkatkan transparansi dan efisiensi dalam proses administrasi. Selain itu, forum ini juga menyoroti pentingnya koordinasi mengenai operasional antara BPJS Kesehatan dan asuransi swasta dalam mekanisme Coordination of Benefit (COB) agar dapat mengurangi tumpang tindih klaim yang dikhawatirkan terjadi dalam operasional opsi ini.

Dalam upaya meningkatkan efektivitas penjaminan manfaat kesehatan dan mengurangi beban biaya bagi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Asisten Deputi Bidang Kebijakan Penjaminan Manfaat Rujukan BPJS Kesehatan, Dr. Mokhammad Cucu Zakaria, menekankan urgensi penataan Koordinasi Antar Penyelenggara Jaminan (KAPJ).

"Penerapan selisih biaya dalam layanan kesehatan tidak boleh mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap JKN. Oleh karena itu, diperlukan regulasi yang jelas untuk mencegah potensi fraud dan memastikan standar tarif rumah sakit yang transparan," ungkapnya. Ia juga menyoroti manfaat KAPJ dalam menurunkan belanja out-of-pocket (OOP) peserta serta integrasi sistem penjaminan antara BPJS Kesehatan, asuransi kesehatan tambahan (AKT), dan rumah sakit guna mewujudkan sistem pembayaran yang lebih efisien.

Lebih lanjut, diskusi juga membahas urgensi pengembangan data center khusus asuransi kesehatan yang dapat memastikan keakuratan informasi serta mempercepat proses klaim, sehingga memberikan manfaat yang lebih optimal bagi peserta asuransi. 

Di samping itu, mitigasi risiko fraud dalam klaim asuransi kesehatan menjadi perhatian penting dalam forum ini, di mana integrasi sistem data berbasis teknologi digital, seperti blockchain dan kecerdasan buatan (artificial intelligence), dipandang sebagai solusi strategis dalam meningkatkan keamanan dan akuntabilitas industri asuransi kesehatan di Indonesia.

Berdasarkan data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), klaim asuransi kesehatan di Indonesia mencapai Rp20,83 triliun pada 2023, meningkat 24,9% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, laporan Mercer Marsh Benefits Health Trends 2023 menunjukkan bahwa biaya kesehatan di Indonesia meningkat 13,6% pascapandemi, lebih tinggi dibandingkan rata-rata regional Asia sebesar 11%.

Dengan tantangan tersebut, forum ini menyoroti perlunya regulasi yang lebih jelas terkait standarisasi data dan mekanisme klaim asuransi kesehatan, guna meningkatkan efisiensi operasional serta memastikan keberlanjutan skema perlindungan kesehatan bagi masyarakat Indonesia.

Mendorong Kolaborasi Industri dan Regulator
Sebagai BUMN yang memiliki peran strategis dalam mendukung stabilitas industri perasuransian nasional, Indonesia Re terus berkomitmen menjadi katalisator dalam membangun sinergi antara regulator dan pelaku industri guna menghadapi tantangan di era digital.

"Melalui Indonesia Re CEO Forum 2025, kami berharap dapat mendorong langkah konkret dalam memperkuat tata kelola data, meningkatkan transparansi transaksi reasuransi, serta memastikan bahwa industri asuransi Indonesia semakin kompetitif dan berdaya tahan dalam menghadapi tantangan global," pungkas Delil Khairat, Direktur Teknik dan Operasi Indonesia Re.

Dengan adanya forum ini, Indonesia Re berharap dapat terus berkontribusi dalam menciptakan ekosistem industri perasuransian yang lebih sehat, berdaya saing, dan berkelanjutan.

Baca Juga: Indonesia Re Catat Pendapatan Premi Rp 6,34 Triliun pada 2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×