Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja beban bunga mengalami tren peningkatan pada sejumlah perbankan di periode Juli 2025 ini. Asal tahu saja, jika beban bunga bank makin tebal, maka dapat berdampak pada laba atau profitabilitas bank yang kian tergerus.
PT Bank CIMB Niaga Tbk, misalnya. Dilihat dalam laporan keuangannya per Juli 2025 beban bunga dicatat meningkat 8,05% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 6,38 triliun. Padahal pada Juli tahun lalu beban bunga lebih rendah sebesar Rp 5,90 triliun.
Ada pun pendapatan bunga bersih CIMB Niaga juga menurun. Per Juli 2025, pendapatan bunga bersih sebesar Rp 6,94 triliun, menurun 3,4% YoY dibandingkan capaian tahun lalu yang mencapai Rp 7,19 triliun.
Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan bahwa kenaikan beban bunga pada CIMB Niaga Juli ini disebabkan karena kenaikan dana pihak ketiga (DPK) dan juga instrument investasi valuta asing (valas).
“Kenaikan biaya beban bunga lebih karena kenaikan DPK dan beberapa instrumen investasi valas,” kata Lani kepada Kontan, Senin (8/9/2025).
Baca Juga: DPK Tumbuh Melesat 6,96% di Juni 2025, Ini Penyebabnya
Meskipun begitu, dia menyampaikan bahwa kenaikan beban pada Bank bukan selalu berarti bahwa biaya dana atau cost of fund (CoF) juga naik. Di CIMB Niaga sendiri, Lani bilang, bahwa secara month-on-month (MoM) terlihat ada sedikit penurunan pada CoF Bank CIMB Niaga, meski masih cenderung kecil.
Memasuki paruh kedua tahun 2025 ini, dia berhadap beban bunga CIMB Niaga bisa berangsur menurun seiring dengan likuiditas bank yang diharap makin longgar.
“Di CIMB Niaga secara month-on-month sudah terlihat sedikit penurunan CoF walaupun masih sangat kecil. Kami berharap di semester-II ini bisa berangsur turun terus apabila likuiditas bisa lebih ringan,” tandasnya.
Kenaikan beban bunga juga terjadi pada PT Bank Tabungan Negara Tbk atau BTN. Menilik laporan keuangan, per Juli 2025 beban bunga BTN sejumlah RP 10,75 triliun. Nilai ini naik 2,7% secara tahunan YoY dari beban bunga Juli tahun lalu yang sebesar Rp 10,46 triliun.
Direktur Risk Management Bank Tabungan Negara (BTN) Setiyo Wibowo mengatakan bahwa kenaikan beban bunga di BTN per Juli 2025 ini masih dalam level yang relatif terjaga.
“Kenaikan beban bunga di BTN per Juli 2025 sebesar Rp 10,7 triliun atau 2,7% YoY sesungguhnya masih relatif terjaga, karena pertumbuhan biaya bunga tersebut berada di bawah pertumbuhan dana,” kata Setiyo.
Baca Juga: DPK Tumbuh Melesat pada Juni 2025, Ada Apa?
Memang, dana pihak ketiga (DPK) BTN juga dicatat mengalami pertumbuhan. Per Juli 2025 ini, total simpanan nasabah atau DPK di BTN mencapai Rp 400,8 triliun, meningkat 6,9% YoY dari himpunan DPK BTN per Juli 2024 yang sebesar Rp 374,7 triliun.
Setiyo bilang bahwa kinerja ini didukung oleh berbagai inisiatif manajemen dalam menurunkan CoF atau biaya dana, termasuk dengan optimalisasi komposisi dana murah dan strategi funding yang lebih efisien.
Memproyeksi kinerja ke depan, Setiyo mengatakan bahwa BTN akan terus berupaya dalam menjaga tren penurunan CoF. “Hingga akhir tahun, target kami CoF dapat berada di kisaran 3,7% - 3,8%. Dengan demikian, pendapatan bunga bersih dapat tetap terjaga dan profitabilitas bank tidak terlalu tertekan meskipun ada kenaikan beban bunga,” pungkasnya.
Mengomentari hal ini, Pengamat Perbankan Moch Amin Nurdin menyampaikan bahwa peningkatan beban bunga yang terjadi pada sejumlah bank ini salah satunya disebabkan karena peningkatan jumlah deposan.
Baca Juga: Mengintip Kondisi Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Mini dan Strategi Menumbuhkannya
“Bisa jadi ini karena peningkatan jumlah deposan ya, karena memang saat ini meskipun BI rate sudah turun di 5%, tapi ini butuh waktu untuk bank melakukan adjustment terhadap bunga,” jelas Amin.
“Bank harus menghitung baik-baik selisih antara CoF dan CoC (cost of credit) sehingga bank tidak serta-merta langsung menurunkan begitu saja bunga deposito, tabungan, maupun giro,” lanjutnya lagi.
Amin mengatakan bahwa guna menekan beban bunga, bank perlu bekerja lebih efisien dan berupaya untuk mencari pendapatan lain di luar pendapatan bunga untuk bisa meng-cover. Proyeksinya pada akhir tahun, kinerja beban bunga perbankan masih akan terjaga seperti saat ini.
“Sampai dengan akhir tahun saya rasa akan tetap terjaga seperti ini ya, karena bank mungkin akan melakukan koreksi terhadap bunga di rencana tahun depan. Mungkin disusun mulai November untuk diimplementasikan di Januari 2026 dengan catatan tidak ada perubahan yang signifikan dalam perekonomian Indonesia, rencana BI Rate, dan The Fed di tahun-tahun ke depan,” jelasnya.
Baca Juga: DPK Perbankan Berpotensi Tumbuh Moderat pada Semester II-2025
Selanjutnya: OJK Imbau Masyarakat Waspada Penipuan Bermodus AI
Menarik Dibaca: 25 Alasan Berat Badan Tidak Turun Padahal Sudah Diet Menurut Ahli
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News