Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren pengetatan likuiditas masih menghantui perbankan di Tanah Air. Tantangan tersebut paling membebani perbankan kecil lantaran dana murah, yang terdiri dari giro dan tabungan, banyak terkonsentrasi di bank-bank besar.
Meski begitu, sejumlah bank tampak masih membukukan kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK) berkat sejumlah strategi.
Berdasarkan data terbaru Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kelompok bank bermodal inti (KBMI) I hanya tumbuh 3,37% secara tahunan (YoY) per Maret 2025. Sedangkan, DPK KBMI II tumbuh 2,65% YoY di periode yang sama.
Meski tumbuh mini, angka ini sebetulnya membaik bila dibandingkan pertumbuhan DPK kedua kelompok bank tersebut. Tercatat, DPK KBMI I terkoreksi 7,1% YoY di bulan Januari 2025, sementara KBMI II terkoreksi 6,2% YoY.
Baca Juga: DPK Valas BCA Meningkat 17% Mencapai Rp 77,9 Triliun pada Kuartal l 2025
Secara industri, DPK perbankan terus melambat sejak Januari yang tumbuh 5,3% YoY menjadi hanya 3,9% YoY pada Mei 2025.
Kendati begitu, sejumlah bank mini tampak masih membukukan kenaikan DPK di bulan Mei ini.
PT Bank MNC International misalnya. Hingga Mei 2025, total DPK bank ini mencapai Rp 13,85 triliun, meningkat 5,73% YoY dari posisi Rp 13,10 triliun di periode sama tahun sebelumnya.
Presiden Direktur MNC Bank, Rita Montagna mengatakan, pihaknya berupaya menjaring nasabah ritel untuk mendorong pertumbuhan DPK dengan biaya dana rendah. Upaya ini dilakukan lewat optimalisasi layanan perbankan digital Motionbank.
“Semakin banyak merchant yang bergabung, semakin banyak pula penawaran menarik untuk menggaet nasabah baru, yang pada akhirnya akan menyeimbangkan komposisi DPK dengan cost of fund yang relatif rendah,” ujar Rita kepada Kontan, Selasa (1/7).
Selain itu, kata Rita, salah satu kunci keberhasilan ini berkat sejumlah program promosi yang gencar dilakukan, seperti pada program Tabungan Dahsyat yang terdiri dari Dahsyat Berhadiah, Dahsyat Arisan, Dahsyat Bundling, dan Dahsyat Akuisisi.
Baca Juga: Laju DPK Bank Ditopang Nasabah Tajir dan Korporasi
Sejak diluncurkan tahun 2020 lalu, lanjut Rita, MNC Bank secara rutin menyelenggarakan program tersebut setiap tahunnya. Tabungan Dahsyat Berhadiah misalnya, memberikan berbagai hadiah kepada mereka yang rutin melakukan top up saldo tabungannya di MNC Bank.
Meski begitu, Rita menyadari kondisi geopolitik saat ini tidak menentu sehingga berakibat pada tekanan perlambatan ekonomi. Namun, Rita meyakini strategi dan fokus yang selama ini pihaknya implementasikan dapat mendorong pertumbuhan dana murah.
“Dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kondisi pertumbuhan ekonomi saat ini, kami realistis dan tetap optimis terhadap kapasitas yang MNC Bank miliki hingga mampu mencapai pertumbuhan DPK antara 5% hingga 7%,” bidik Rita.
PT Bank Mega Syariah malah menarget pertumbuhan DPK dua digit tahun ini, tepatnya 14,97% mencapai lebih dari Rp 12,6 triliun.
Untuk menumbuhkannya, Sekretaris Perusahaan Bank Mega Syariah, Hanie Dewita mengatakan, pihaknya akan fokus mendalami nasabah ritel guna menjaring dana murah.
Salah satu inisiatif utama yang tengah digencarkan adalah kampanye GenHajj, yang mendorong minat masyarakat menabung haji sejak dini.
Baca Juga: Bank Permata Catat DPK Valas Rp 35 Triliun Per Kuartal l 2025
Melalui kampanye ini, Bank Mega Syariah menawarkan produk Tabungan Haji iB yang dapat dibuka secara online melalui aplikasi M-Syariah, sehingga memberikan kemudahan akses dan proses yang efisien bagi seluruh kalangan.
Selain itu, bank juga menghadirkan layanan priority banking melalui MegaFirst Syariah, yang ditujukan bagi nasabah berkategori high-net-worth.
Layanan ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas eksklusif seperti lounge khusus, safe deposit box, serta pendampingan personal oleh relationship manager, untuk memperkuat penghimpunan dana jangka panjang dari segmen premium.
“Dari sisi digital, Bank Mega Syariah terus memperkuat kanal layanan melalui aplikasi M-Syariah, yang kini memungkinkan pembukaan rekening secara langsung serta akses terhadap produk Deposito Berkah Digital,” papar Hanie.
Adapun hingga Mei 2025, DPK Bank Mega Syariah tercatat tumbuh 9,38% YoY mencapai Rp 11,3 triliun dari sebelumnya Rp 10,3 triliun. Dana murahnya tampak melonjak signifikan sebesar 25% YoY mencapai Rp 3,73 triliun.
Baca Juga: DPK Perorangan Alami Stagnasi, Masyarakat Masih Memilih Makan Tabungan
Peningkatan ini kata Hanie didukung oleh strategi business to Business to Consumer (B2B2C) yang menyasar ekosistem institusi, seperti lembaga pendidikan dan fasilitas kesehatan.
Lewat pendekatan ini, Bank Mega Syariah tidak hanya menjangkau dana institusional, tetapi juga memperluas akuisisi dana dari individu yang berada dalam ekosistem tersebut, seperti pegawai, tenaga kesehatan, maupun tenaga pengajar.
Sementara itu, DPK PT KB Bukopin tampak menurun tipis 0,7% YoY di bulan Mei 2025 ini, yakni sebesar Rp 41,5 triliun dari sebelumnya Rp 41,8 triliun. Kendati begitu, bank ini masih mencatat kenaikan dana murah sebesar 18% YoY.
Sekretaris Perusahaan KB Bank, Adi Pribadi mengatakan, hal ini memang selaras dengan upaya KB Bank untuk fokus menumbuhkan dana murah.
“Strategi yang kami lakukan mencakup optimalisasi layanan transaksi, peningkatan akuisisi nasabah ritel dan korporasi, serta pengembangan digital banking untuk meningkatkan kenyamanan dan loyalitas nasabah,” ujar Adi.
Baca Juga: DPK Tumbuh Melambat di Awal Tahun 2025, Ini Instrumen Pilihan Masyarakat
Kendati demikian, KB Bank kata Adi menyadari bahwa dinamika perekonomian global menjadi tantangan bagi pertumbuhan DPK, khususnya soal persaingan suku bunga simpanan dan perubahan preferensi nasabah.
Karena itu, KB Bank akan terus menjaga keseimbangan antara pertumbuhan operasional dan kontribusi non operasionalnya. Dengan begitu, KB Bank menarget pertumbuhan DPK sebesar 10% hingga 11% tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News